Berpetualang Dalam Berbagai Pengalaman

Pamflet Grand Opening Rohani 2010

Poster Rekruitment Rohani 2010

MAHASISWA: IDEALITAS VS REALITAS (WAKE UP EARLIEST)

Dahulu kala saya menulis ini pada saat tingkat 1:

Ada kejenuhan tersendiri, menatapi headline berita-berita di surat kabar, mendengar kabar-kabar pesimistis terhadap bangsa sendiri, melihat bahwa negara kita terus bergerak, tumbuh, berubah, dan terkadang meminta sedikit kepedulian dari sekitarnya. Rakyat hanya mampu menerima, terlalu banyaknya keterbatasan membuat mereka susah bergerak, nampaknya mereka harus berjuang secara mandiri, bertahan hidup diantara kehidupan yang sedikit menawarkan kesejahteraan.

Amien Rais mengutip pernyataan yang ditunjukkan oleh Stiglitz, “Rata-rata seekor sapi di Eropa mendapat subsidi dua dolar Amerika per hari, sementara lebih dari separoh penduduk dunia hidup di bawah dua dolar per hari.”

Era globalisasi siapa sangka menjadi alasan untuk menolerisasi segala perbedaan, segala arah perubahan dikiblatkan pada arah yang sekilas memang tampak lebih maju padahal dampaknya bobrok, bangsa-bangsa yang sedang berkembang pun menjadi korban, pemerintah bermain dengan kekuasaannya dan sangatlah sering rakyat menjadi korban paling menderita dari kebijakan-kebijakan mereka. Daripada pusing, rakyat sudah terlalu lelah protes tapi tidak digubris, akhirnya mereka hanya pasrah, makan untuk hari ini saja sudah untung.

Kita sebagai mahasiswa, bisa secara kreatif mencari solusi. Diamnya mahasiswa adalah gelisah, berpikir apakah hanya sebatas ini yang bisa kulakukan sebagai mahasiswa. Jangan terlalu berharap akan kemerdekaan yang diraih dengan mudah, teruslah berkarya dengan cara masing-masing, dengan keahlian masing-masing.

Sebagai informasi, kontrak karya II antara Indonesia dengan Freeport baru berakhir pada 2041, sedangkan Exxon diberi hak untuk mengeksploitasi minyak kita sampai tahun 2036 (Amien Rais:256-258). Sebenarnya, sumber daya alam itu milik kita, pembaca pastinya sudah terlalu sering mendengar bahwa kita bangsa yang merdeka namun terjajah.

Mengapa Exxon Mobil diberi hak pengoperasian Blok Cepu dan bukannya Pertamina, padahal Ikatan Sarjana Geologi Indonesia sudah menyatakan bahwa mereka lebih dari mampu untuk menjadi operator tambang minyak di Blok Cepu? Dan mula-mula Pertamina sendiri juga menyatakan bisa dan sanggup? (Amien Rais:51). Pasti ada sesuatu dibaliknya, ironisnya nasionalisme nampaknya bukan hal yang perlu dijunjung tinggi lagi, pernyataan ini relatif tentunya.

Mahasiswa oh mahasiswa, apa yang bisa kita lakukan? Untuk Tuhan dan bangsa?
Sebagai informasi, rakyat Palestina pun mempertanyakan tenaga sukarelawan dari Indonesia toh realitanya kita akan mati sia-sia disana. Bocah-bocah cilik disana sudah hafal Al-Quran sehingga matinya mereka pun Insya Allah syahid, sedangkan kita? Mungkin kita malah membebani mereka di sana.
Dimulai dari ide akan lahir sebuah revolusi. Mahasiswa harus selalu optimis dan konsisten atas apa yang diperjuangkannya. Jangan sampai hari ini kita demo di depan pemerintah, setelah kita jadi birokrat sama saja busuknya.

Dimulai dari hal terkecil, merubah diri sendiri, mencari kebenaran itu sendiri. Hingga akhirnya kita bisa merubah perjanjian-perjanjian antarnegara yang pada nyatanya kini hanya merugikan bangsa sendiri.
Janganlah kita seperti almarhum Soeharto, tentunya sifatnya yang buruk yang kita nilai secara objektif. Pascakrisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an, Indonesia pernah didikte dan didominasi oleh IMF. Hampir semua koran dalam dan luar negeri memuat gambar Pak Harto yang duduk dengan wajah tunduk menandatangani Letter of Intent, sementara Michael Camdessus, Presiden IMF, berdiri pongah sambil melipat kedua tangannya di dada menyaksikan penandatanganan itu. Sungguh miris.

Jadi katakanlah,kawan! Kami jiwa-jiwa yang merdeka, tak lelah untuk mencari dan langsung berkontribusi, tak takut untuk terkucilkan ataupun hilang akan eksistensi, asalkan kebenaran itu berdiri tegak, hingga mati pun kami tak peduli. Kami akan berjuang, dengan cara kami, di bawah restu-Nya karena dunia akan berakhir bersama kebenaran.



REALITANYA ADALAH:




TingKat2: hehe, bingung jawabnya.

CATATAN PERJALANAN SEORANG DOKTER INDONESIA DI GAZA#4 ~ DIRI INI MENJADI SAKSI: KOTA GAZA YANG DIRUNDUNG PILU

Bismillaahirrahmaanirrahiim


Tulisan ini adalah kisah nyata dari seorang dokter dari Bandung, Dr.Dadang Rukanta yang tergabung direlawan Tim Bulan Sabit Merah Indonesia saat beliau mengunjungi Gaza Januari-Februari 2009. Hari ini tepat setahun Israel menggempur Gaza melalui darat, laut dan udara dalam operasi "Cast Lead" yang menggemparkan dunia itu. Semoga ada hikmah yang bisa kita petik

Catatan sebelumnya: http://www.facebook.com/note.php?note_id=308668202917

Diri ini Menjadi Saksi: Kota Gaza yang Dirundung Pilu


Hari kedua kami menunggu di Raafah, diliputi rasa optimisme, setelah shubuh berjamaah di masjid agungnya El Arish, yang dingin dan berkabut tipis.

Selepas sarapan roti mesir -Ish- dan hangatnya teh, kami berangkat menembus dinginnya El Arish. Perjalanan sampai Raafah border tidak banyak halangan, karena masih sepi dan sudah pernah melalui jalan yang sama. Sampai Raafah border sekitar jam 9 pagi, masih lenggang, ada beberapa teman yang kemarin menunggu berusaha negosiasi untuk bisa masuk. Tim kami hari ini diperkuat Ustadz Haris dan Ustadz Aji. Seluruh tim saat ini full 18 orang setelah bergabungnya ikhwan dari Baznas (Badan Zakat Nasional) dan Kispa (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina) . Tim lain menunggu dengan rasa optimis selepas shalat subuh kemarin. Semua diminta standby takut tiba-tiba dipanggil, atau ada perubahan kondisi yg bisa berubah tiba-tiba. Birokrasi mesir memang terkenal dengan kerumitan dan perubahan yang tiba-tiba.



Ba’da dzuhur masih belum ada kejelasan, sehingga ingin shalat pun agak ragu. Tetapi setelah beberapa lama masih menunggu kami shalat bergilir jama qoshor dan untuk mengganjal perut yang mulai protes kami ambil perbekalan kami untuk di Gaza nanti, makan ‘zinnee’ popmie mesir dengan rasa kari dan mienya besar-besar. Terasa nikmat meski hanya pop mie, nungkin karena hawa dingin dan memang kami sudah lapar sekali.

Menjelang ashar tiba-tiba ada panggilan, ” Hilah Ahmar (organisasi kami -dalam bahasa arab) masuk”; katanya, kami sejenak tertegun, tidak percaya.. setelah lama menunggu yang sebenarnya tidak selama rekan-rekan kami yang sudah tiga-empat hari bolak-balik. Subhanallah ini rizqi dan berkah Allah. Kami segera masuk satu-satu, beruntung barang-barang pribadi sudah kami susun dengan roda dorong bersama seorang mesir. Satu persatu kami masuk, melalui pintu pagar sempit, satu, dua, tiga….. empat belas, enam belas, tujuh belas… lho kemana satu lagi, kemana seorang lagi, siapa? Kami cek satu persatu, tenyata Dr.Fuadi. “Dr.Fuadi tadi izin ke hamam”; kata Dr.Erik. Segera kami minta ikhwan mahasiswa yg masih di luar untuk mencari dan menyusul. Kami menunggu.. cemas khawatir gara-gara menunggu atau kurang, petugas mesir membatalkan melintasi perbatasan. Setelah kurang lebih 5 menit diliputi cemas dan waswas yang hampir menguras kegembiraan kami tadi saat dipanggil tiba-tiba menyeruak mujahid kita paling sepuh yang masih bersemangat, Alhamdulillah Dr.Fuadi muncul, rupanya beliau memang harus ke hamam karena mendesak. Dan Alhamdulillah petugas mesir tidak jadi masalah.
Kami berjalan perlahan, sambil melihat situasi di dalam border. Tampak Ambulan kami masih terparkir, beberapa tim kami mengambil barang-barang yang tersimpan di mobil KBRI yang parkir di luar.



Di Dalam imigrasi kami lakukan prosedur seperti layaknya keluar dan masuk imigrasi. Isi kartu kedatangan ke Palestina. “Alhmadulillah “ kata ustadz Ostman, “Insha Allah kita masuk tinggal nunggu di cap imigrasi.”
Sekitar 15 mnt kami diminta berjalan masuk, melewati imigrasi Palestina, membayar 91 poud per orang untuk transportasi. Bus di luar sudah menunggu, segera kami angkut barang-barang masuk bus. Menunggu sejenak bus berjalan keluar meinggalkan kompleks border Raafah…. Subhanallah akhirnya kami menginjak tanah Palestine, Gaza yang 3 hari kebelakang masih diliputi keraguan bisa kami masuki.

Tiba-tiba Bus berhenti setelah berjalan kurang lebih 100 meter, masih di area bangunan sekitar Raafah, kami diminta turun dan bawa paspor menuju satu bangunan kantor. Penuh tanda tanya kami turun. “Ada apa”, kata beberapa anggota tim. “Jalan saja. kita diminta imigrasi…”, kata salah seorang dari tim. Rupanya kita diminta masuk ke kantor imigrasi Palestine, kehangatan terasa, keramahan terlihat dari petugas yang menyambut kami di pintu, rupanya mereka para pegawai Palestina yang akan menyambut kami. Paspor kami dikumpulkan untuk dicap imigrasi, tidak tampak kesulitan dan birokrastis, sungguh berbeda dgn diperbatasan Mesir tadi, dan Subhanallah rupanya kami disambut jubir PM Hamas di Gaza Ikhwah Abd. Gazi. Penuh kehangatan dan rasa terimakasih beliau menyambut kami, dan kami akan ditempatkan sesuai dengan keahlian masing-masing. Kami akan diantar ke tempat penginapan dan juga sangat menghargai bantuan yang telah diberikan. Jauh berbeda dengan di Raafah, kehangatan dan senyum senantiasa tampak, sehingga kami merasa aman dan tambah semangat untuk bekerja berjihad dengan keahlian masing-masing dan menyampaikan amanat rakyat indonesia.



Di perjalanan yang tampak memang lebih ramah dan hijau, sisa-sisa bangunan hancur terkena bom kami lewati. Anak-anak pulang sekolah tampak berbaris seakan bukan masa perang. Memang bagi mereka perang ini sudah sangat lama sehingga perang dan konflik dgn Israel menjadi bagian dari keseharian mereka, rakyat Palestina memang Muslim yang tabah. Beberapa bagian yang kami lewati memang subur tampak perkebunan jeruk siap panen yang terhampar luas diselingi tanah-tanah berlubang dan bangunan hancur bekas hantaman bom.

Sekitar 30 menit kami sampai di RS Shifa-RS terbesar di Jalur Gaza- tiba pula rombongan Ambulan dengan muatan bantuan kami. Hari menjelang Maghrib disini waktu shalat lebih awal beberapa menit dibanding Mesir karena lebih timur. Kami disambut perwakilan Rumah Sakit dan juga staff dari kementrian kesehatan. Dijelaskan tentang rencana dan data kami, sehingga Insha Allah tenaga dan bantuan kami akan bermanfaat.




(Bersambung -> Catatan Perjalanan #5)
Yashfy Ziyanulhaq

hehehe, kebetulan ketemu artikel nih pas lagi nyari pertanyaan buat geografi.. semoga bermanpaat~ ------------------------------------------------------------------------ -------------------------------------

Misteri Kabah yang menggegerkan NASA


Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.


Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”


Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.


Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.


Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.


Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.


MISTERI KABAH YANG MENGGEGERKAN NASA

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.



Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda :


“Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Subhanallah...

salah satu keajaiban yang di tunjukkan Allah kepada umat manusia..




Fahreza Algifari

INFOKUS... SEBUAH LANGKAH AWAL DARI ITSAR KAYA MENUJU ITSAR JAYA

Dari dulu saya dan teh asti memang sepikiran : "Kita butuh infokus. ITSAR kalo bisa punya Infokus sendiri". Entah sejak kapan tepatnya pikiran itu muncul tapi yang pasti ide itu ada ketika ITSAR lagi gak punya apa-apa. Nyari duit susah, mau kegiatan danusnya setengah mati.


Yang jadi beban adalah setiap SMP 2 mau make infokus selalu nyewa sejamnya 20ribu. Buat organisasi remaja mesjid kayak KRM, uang segitu tuh sayang banget melayang dalam waktu sejam hanya demi menyewa infokus. Kalau dipake makan sih gak papa :D, tapi kalau dipake infokus.. oh.. gak rela rasanya. SMP 2 hampir tiap minggu make infokus. Terutama buat kegiatan Squad Shoiqoh dimana materinya musti kudu harus menggunakan infokus. Karena yang ikut cukup banyak, dan yang dijelasin tuh mengenai internet. Bisa mati kutu belajar internet tanpa infokus. Kutunya mati karena saya stress gak bisa ngajar dan garuk-garuk kepala terus.

Akhirnya terpancang niat dalam hati bahwa suatu saat ITSAR harus punya infokus. Biar saya lebih leluasa mengajar internet. Biar gak usah bayar-bayar lagi. Biar gratisss sekalian dan bisa make sepuasnya. Mau dipake nonton pas acara mabit gak masalah.. mau dipake training juga gak masalah. Pokoknya ITSAR harus mandiri dalam hal penggunaan Infokus. Lagian acara ITSAR itu sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit eh salah, maksudnya sedikit sedikit ada- sebentar sebentar ada. Sekarang ada kegiatan, besoknya udah ada rapat lagi merencanakan kegiatan yang lainnya. Jadi yang namanya Infokus itu sudah menjadi kebutuhan primer dan gak bisa ditunda-tunda lagi. Teman-teman yang lain juga sudah ada yang bermimpi suatu saat ITSAR buat semacam lembaga pelatihan. Gimana mau terwujud mimpinya, kalau infokus saja belum punya??

Kita percaya sama yang namanya PUISI LANGKAH. Puisi inilah yang menginspirasi saya dan kawan-kawa untuk senantiasa beramal di ITSAR ini. Berikut puisinya:

LANGKAH

Langkah keseratus akan tercapai
Setelah langkah pertama, kedua dan ketiga

Derap langkah itu tengah kita ayunkan bersama
Disini, di tempat yang penuh makna dan arti

Dalam menuju langkah-langkah selanjutnya..
Pernahkah kita SURUT karena TAKUT??
PATUTKAH kita MENYERAH karena LELAH ??!!

REGUK SEMUA YANG ADA !!
TANAMKAN PADA JIWAMU !!
LATIH DIRI, TEMPA DIRI !!!

hari ini harus lebih baik dari hari kemarin !!
Dan esok harus lebih baik dari sekarang !!!

Dan...
Langkah keseratus,
BUKANLAH LANGKAH TERAKHIR !!!

(JJ, dalam buku kaderisasi ITSAR)

Semuanya diraih dari langkah yang sederhana. Kita wajib bermimpi besar, tapi kita lebih wajib memulainya dengan langkah-langkah yang sederhana. Tak perlu tergesa-gesa membuat lompatan besar. Cepat atau lambat tujuan itu kan kita raih jua. Hanya semangat juanglah yang menentukan apakah kita mencapai mimpi-mimpi kita atau menyerah di tengah jalan.

Begitupun filosofinya dengan pembelian Infokus ini. Kita punya mimpi membuat Lembaga Training ITSAR, maka mari kita wujudkan dengan membeli infokus dulu. Habis itu kita bikin modul-modul pelatihan, setelah itu kita beli whiteboard dan spidol sampai akhirnya kita memiliki Gedung 5 lantai seluas 2 hektar dengan 8 pintu gerbang utama, 11 Lift dan 13 Eskalator.

Ternyata tekad itu tidak sia-sia. Di tengah jalan ITSAR menemukan peluang untuk mencari dana. ITSAR belajar danus sendiri! Kita jualan CD Ebook, kita sebar brosur NF, kita jualan kue, kita kumpulkan koran bekas, dan kita bikin kupon akhirat. Tabungan ITSAR sampai juga ke 7 digit. Upaya danus pun berkembang. Bermunculanlah kader-kader bermata hijau yang selalu berfikir bagaimana mencari uang demi dakwah. Sebenarnya yang bermata hijau bukan kader-kader, tapi "kader" saja cukup. Yaitu saya :) walaupun alhamdulillah di kemudian hari saya dibantu oleh partner saya Nida, Rahmi dan Ria. Semoga akan bertambah kader-kader lainnya yang mau ikut berdanus bersama TIM Danus ITSAR (punten ah, promosi).

Sebuah pengumuman, bahwa ITSAR harus dan bisa kaya dikumandangkan lewat pembelian Infokus pertama kali. Surveynya dilakukan sepenuh hati. Sewaktu ke BEC saya kukurilingan ke semua toko Infokus. Saya masuki tokonya satu persatu. Berjihad mencari produk yang yahud tapi bukan buatan yahudi kalau bisa. Mencari produk yang Murah, tapi kualitasnya gak yang Murahan. Mencari Infokus yang ciamik persis mirip dengan orang yang sedang mencarinya itu. Akhirnya dari hasil survey lewat internet dan berkunjung langsung ke titik lokasi, saya putuskan untuk membeli Infokus Benq Tipe 5000. Kualitas SVGA, lumens 2500, harga pangmurahna, di internet didaulat sebagai produk best seller. Dari aroma namanya juga gak kecium bau-bau zionis walaupun memang mesinnya sedikit amis. Mungkin sewaktu shipping dari taiwan ke sini kapalnya sempet dipake ngangkut ikan hasil tangkapan nelayan huehuehue...

Sejak saat itulah saya optimis, bahwa ITSAR suatu saat bisa KAYA! Punya uang dan Baitul Maal sendiri. Bisa bikin Lembaga Zakat ITSAR sendiri yang dipegang Kang Yedi, Bisa punya Bank sendiri yang nanti dimanajeri oleh Bayu dan Fachri. Punya Apotik sendiri yang dipegang sama Rini, Ria dan Teh Mia. Punya Bengkel dan pabrik kendaraan perang milik Nina Konitat, Punya Kebun Binatang yang digawangi oleh tejo, Camar dan Ririn. Punya Gedung Universitas sendiri yang dibangun lewat tangan emas Birza dan Anti Banjir lewat sistem pengairannya Aina yang canggih karena dipadu dengan program yang super elit, dan juga disupport oleh panel solar sel buatan Yusal. Sementara dosennya ada teh onye , teh nana, dan Teh devi. ITSAR juga punya rumah sakit sendiri yang dibentuk oleh Dokter-dokter terbaik umat yaitu Kian, Putri, Azsya, Teh Ari, Tanri, Rahmi , Prili, Risma dan kepala perawatnya Anis. ITSAR juga punya Pameran dan rumah seni yang diwujudkan oleh Hasri nantinya. Tidak hanya itu sudah siap sedia juga para teknokrat-teknokrat ulung yang menciptakan terobosan teknologi terbaru dari tangan terampil Aldi, Anta, JJ, Iqbal, Akrim, Dzikra, Andry, Adhi, Geva, Amhar, Taufan, Ramadhan, Nurlina, dan Agung. Untuk pertumbuhan kader? jangan takut... kan sudah ada teh Asti yang megang Biro pusat statistk ITSAR... pokoknya masalah angka-angkaan Teteh kita yang satu ini jagoannya. Pada akhirnya segala keuangan ITSAR, perputaran uang milyaran rupiah akan dihandle oleh Kang Iman businessman kita. Ketika visi ITSAR Kaya, Karya dan K'Arya terus menerus diwujudkan lewat amal-amal ITSAR, para kader-kader muda akan terus beramal hingga terwujud satu visi terbaru yang dicapai oleh kader - kader baru, generasi baru di masa yang akan datang. Visi itu adalah ITSAR JAYA....

Inilah tulisan rada maksa saya yang menyambungkan Infokus dengan ITSAR Jaya.... JAYA itu kepanjangan dari JAY-A alias JAY-Ayu huehuehue... piss jay... semoga terbentuk keluarga sakinah mawadah warahmah amin..

(Tulisan ini adalah cuplikan dari buku MEMOAR ITSAR 2009 yang diedit oleh Rini Inggriani. Masih ada tulisan-tulisan lainnya yang sengaja disimpan untuk nanti dinikmati dalam sebuah buku. Setelah Terbit buruan beli ya..! jangan beli yang bajakan!)



Yahdi Siradj

PENGALAMANKU YANG TAK KAN PERNAH TERLUPAKAN..


Inilah pengalamanku (dan teman-teman) yang paling menyenangkan, mengesankan, tak terlupakan dan selalu terkenang (dan teringat) juga selalu ingin diceritakan.

Waktu itu aku kelas 7 semester 2 di es em pe lima..

Hari sabtu tanggal …. (berapa ya? Hmm lupa, maklum otak kiri – short memory) taun 2008

Hari ini ada mabit, kami kelas 7 dan 8 umum jadi peserta. Aku datang setelah asar, di perjalanan aku bertemu seorang ikhwan naik motor diantar mungkin bapaknya kayaknya sih mau mabit juga.. eh aku pake baju apa ya? (eh pertanyaan ga penting itu!)

Nyampe di es-em-pe lima. Taptaptaptap. Langsung menuju ke tempat utama, masjid Riyadlul Jannah. Taptaptap. Agak grogi juga, baru pertama ikut acara disini. Siinggg - -“ seepii juga ya, Cuma ada beberapa anak di sekitar kantin, mungkin abis ekskul. Nyampe di atas masjid Cuma ada teh anis ama tas-tas yang tergeletak tak bernyawa (ya iyalah, masa tas bernyawa). Yang lain mana ya? Kok Cuma ada tasnya aja? Siiingg. Teh anisnya lagi asyik tilawah ga enak ngeganggu, akhirnya cuma salam dan nanya yang lainnya kemana, tapi berhubung suara teh anis kecil jadi tak terdengar. Cuma ngangguk-ngagguk aja.

Tiba-tiba suara handphone berbunyi. Kriiinggkriingg (yang pasti suaranya ga gitu). Ooh okti! Dia baru dating, aku disuruh ke bawah dan ketemu sama dia. Oh ya okti make baju garis-garis merah putih.dia bawa sleeping bag. ____________________ (lewat ceritanya)

(Udah di masjid lagi) akhirnya dataang teman-teman yang lain. Ulfaa datang! Dia memakai baju putih ples rok merah muda (masih inget~). Beberapa saat kemudian kelas 8 akhwat dataaang~ ternyata mereka tilawah bareng ikhwan di bawah. Setelah itu PEMBUKAAN. Kami turun ke bawah (dimana-dimana turun itu kebawah, masa turun ke atas? - -“). Taptaptap.

MC nya siapa ya? Pokoknya ada sambutan kang JJ dan pak kudus. Setelah itu tasmi Al-Qur’an oleh kak Rayhan—surat Al- Qalam (yang paling keinget waktu itu adalah ayat pertama—“nuun”). Setelah agak cukup lama pembukaan akhirnya kami 7 dan 8 umum disuruh ke atas sedangkan yang kelas 8 panitia ke 7 F (mungkin mau rapat). Setelah itu kami siap-siap untuk sholat maghrib. Imamnya kalau ga salah kang JJ (insya Allah bener). Kang JJ membacakan beberapa surat pada saat itu, nikmat sekalii~.

Setelah sholat maghrib kami maakaaan~ serbu nasinya! Lauknya juga! Sayurnya engga! Waktu itu bekel apa ya? Fula bawa rending, tapi nasinya kebanyakan jadi Cuma dimakan sedikit. Ada beberapa temen yang ga bawa dan akhirnya di beliin nasi. Kami makan bareng-bareng, comot-comot makanan orang lain, ngasih ini ngasih itu, semuaanya bareng-bareng. Nikmat. Sedaap~ (gaya upin ipin).

Oooh iyaa, lupa memperkenalkan peserta akhwat! Ada saya, ulfa, okti (ketiganya dari 7F), ufah, pidit (keduanya dari 7E), ajeng (7I) teh nadya dan teh ana (kelas 8)

Setelah sholat isya kami maaiin~ pertama kami main kejar-kejaran. Pada saat itu aku belum telalu kenal sama ulfah dan pidit tapi karena ulfah memang orangnya supel jadi kita mudah berbaur. Pertama kami diajak teteh-teteh ke depan ruang piket, yang masih inget pas waktu itu Cuma teh nida. Di depan ruang piket, aku pandangi TK (Taman Kartini) dan sekelilingnya. Ga ada apa-apa tuh, Cuma kalau dipandangi terus serem juga yang kelas-kelas di belakang perpus sana. Habisnya katanya yang ada prajurit belanda tanpa kepala kalau maghrib2 di sini. Mitos-mitos ga jelas gitu lah.. >,<

Disana kami main sarung-sarungan. Hehehe keingetan terus pas bagian fula, karna pake rok jadi agak suseh dia hahaha xD terus main games kepercayaan ,ada kertas dan suara, nanti yang main harus tutup mata terus ngelewatin kertas tanpa nginjek, pemandunya adalah suara yang beribet banyak. Kebetulan pada saat itu aku jadi sang pemain heheheh..
(---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- cerita nya selesai aja, bisi panjang pisan)

Setelah permainan yang super duper memuaskan~ materii dimulai!
Segala adab-adab dibahas. Tuntas! Pada saat itu aku mengenal the pipenk dan the pipenk bercerita tentang adiknya, dan ternyata adiknya adaalh temanku pas GO kelas 6 ckcckck dunia memang sempit!
Tuing tuing~ mata merah. Ngantuk! Ga kuat~~ aaahhh, lalalalala~
Akhirnya jam 10 kami diperbolehkan tidur..

Ketika tidur..

Terjadi suatu tragedi, teman-teman. Semua terbangun kecuali yang kelas 8 (panitia ga tau dimana)Hmm, okti mengaku melihat ikhwan masuk ke kelas ini. Karena lampu yang pes pareum, kami tak terlalu yakin, “mungkin kamu salah liat,ti” tapi okti tetap ngotot. Akhirnya kami semua tak bisa tidur, gigi gemelatukan, kaki pun gemelatukan. Tuktukbrrbrr.

Karena keadaan yang mengenaskan ini, kami serempak pergi ke tempat teteh-teteh alumni di masjid, yang kelas 8 pun ikut terbangun karna mendengar kegaduhan kami. Di atas ternyata sedang Qiyamul Lail 3 Juz, dengar-dengar yang jadi imam kang JJ tapi kadang diganti kak Rayhan.

Teteh alumni yang bingung melihat kami akhirnya menggotong ke arah depan piket, semua peserta dikumpulkan disana. Kaki dan gigi kembali gemelatukan. Ada apa ini? Seluruh HP disita alumni. Dibagi 4 atau 5 kelompok gitu. Aku bersama fula lagi. Ikhwan di kelompok kami lumayan banyak.

Pertama, kelompok kami pergi ke pos di 9 H atau G gitu, disana ada teh pipenk dan teh mila. Kami disuruh menulis berapa banyak hafalan kami lalu disana juga kami diberi waktu beberapa menit untuk menghafal surat Al-Jumu’ah.

Selesai di pos 1, kami melancong ke pos 2 di kelas 8, dimana disana kami menonton film Fitna. Ada kang Ridho dan satu lagi lupa. Benar-benar mengundang air mata untuk keluar, tanpa kita (ulfa dan saya) sadari dan tak ada rasa malu sama sekali waktu itu (entahlah mengapa). Kami pun menangis. Selesai menonton dan melanjutkan ke pos selanjutnya pun kami tetap tersedu-sedu. Untungnya saat itu gelap, jadi tak terlihat orang.

Di pos 3 ini, kelas benar-benar gelap! Ada penjaganya, serem awalnya. Ternyata itu kang Birza. Pas masuk.. jengjengjengjeng.. di bawah lantai ada sehelai kain putih aga besar, dikirain the mau nonton, tapi kok nonton di bawah gitu ya?. Orang-orang di dalam situ menyuruh kami berbaring di atas kain tsb lalu atasnya di tutup lagi. Tak disangka-sangka ternyata ‘muhasabah kematian’. Subhanallah! Bener-bener seperti cerita ibu. Saat itu keadaan benar-benar menakutkan, rasanya seprti benar-benar meninggal. “bagaimana ya jika pada saat ini juga malaikat izrail mencabut nyawaku?”,pikirku saat itu. Tak bisa dielakkan lagi, kami semua pun menangis. Bagaimana tidak? Disana kita benar-benar teringat dosa-dosa kita, disana kita benar-benar takut. Takut. Kenapa baru saat itu kami merasa takut?

Setelah pos 3 yang membuat kami meraung-raung, kami ke pos 4 dimana ada teh Ve dan teh Nida. Disana kami harus mengatakan hal apa saja yang akan kami lakukan setelah mabit ini.

(__________________________________________________________ lewat)

Setelah pos-pos an yang menegangkan tsb, kami Qiyamul Lail 1 juz. Imamnya kang Birza. Kasihan, mungkin imamnya pun lelah fisikny karna belum tidur tapi tak terlihat sedikitpun semangatnya lelah. Kalau aku sih, sholatnya juga sambil ngangguk-ngangguk (ngantuk), mata merem melek. Wah parah lah pokoknya! Temen-temen, jangan niru ya..

Setelah Qiyamul Lail, kami sholat shubuh (imamnya sama kang Yusal kalo ga salah) dan membaca al-ma’tsurat. Kasihan teman kami ada yang tertidur pulas tapi aku sama fula malah terkekeh-kekeh ngeliatnya.

Setelah itu kami maiiin lagi!

Setelah itu pembagian souvenir. Wooo~ pinnya lucu, ingin 2 tapi ga boleh. Jadi Cuma 1 yang BIRUUU!

Stelah penutupan kami melancong PULANGG~

^_______________________________________________________________________^

Ya, inilah mabit pertamaku di rohani (kelas 7 sem 2 taun 2008)
Mabit inilah acara yang paling teringat sampai saat ini.
Mabit inilah yang selalu terucapkan namanya ketika suasana es em pe lima seperti malam ketika mabit.

Eh, teman-teman masih ingat ga? mabit ini..

Yang dikira ikhwan itu kan padahal teh Ria hahaha. Ini aacara pertamaku bersama kalian. Sangat
terkesan! Apa kalian juga terkesan?

Oh iya okti ga ikut muhasabah ya gara-gara asma, syafakillah. Padahal asyik.
Oh iya fa, kapan-kapan bawa cadangan celana lagi yaa..
Ajeng, kita ga pernah ketemu lagi yaa. Kangen juga~

Sebenarnya aku rindu mabit ini. Apakah akan ada mabit seperti ini lagi?
Kapan ya teman? Kita bisa berkumpul seperti mabit seprti ini lagi..


Fatimatuz Zahro

TRAGEDI CINTA

Siang ini berkumpul dengan bidadari-bidadari shalehah.. kami saling bercerita satu sama lain.. hingga terlontarnya suatu cerita dari seorang adik... Ummi, lagi2 anis minta izin untuk memuat kembali tulisan lamamu ini, mudah2an bisa bermanfaat untuk teman2 yang lain... berikut ini ada tulisan dari AZsya (Azzam Syahidah) tentang perenungan makna cinta... semoga bisa jadi bahan pengingat...


Bidadari Luar Biasa
Part VII

TRAGEDI CINTA

Tidak mudah menjadi kader luar biasa yang punya kesabaran luar biasa, dan kelak menjadi bidadari luar biasa

Cinta….
Bara nyalanya berkobar
Menembus gelapnya ruang
Menghentak gelora jiwa
Menerangi….
Atau terbakar sendiri
( Azzam Syahidah )

Hampa, sunyi, riang, bahagia, rindu, sepi, ceria, sedih sebagian warna-warni rasa cinta. Tak sedikit yang rela mati juga atas nama cinta. Setantron jaman ini sudah mengajarkan dengan baik makna cinta fana yang memabukkan. Lagi-lagi tentang cinta dan lagi-lagi cinta membuat seseorang kehilangan akal sehatnya,bahkan dikalangan para aktivis da’wah. Layaknya perjalanan cinta Laila Majnun yang fenomenal. Kisah tragis sepasang kekasih yang terpisahkan dan harus mengakhiri cintanya dengan kematian layaknya Romeo dan Juliet. Padahal kisah yang berlatar belakang kebudayaan timur tengah ini mengisahkan bahwa keduanya bukan orang yang buta akan cinta pada Rabbnya. Tapi itulah cinta….sometimes its so blind.

Entahlah bidadari, namun sebuah kesadaran menyeruak menghentak kepolosanku akhir-akhir ini.Sebuah pukulan keras yang menyadarkanku, ukh wake up…. jaman ini sudah kian tua dan berbeda, jangan anti autis dengan dunia idealismu sendiri. Dan aku senantiasa mencari jawaban pasti, dari kisahku sendiri. Mencoba tegak berdiri meski kerap terombang-ambing dalam sepi. Kala menempuh sekian perjalanan hidupku, kala menemani perjalanan bidadari-bidadari kecilku, mad’u ku, sahabat-sahabatku membawaku memahami sebuah…..tragedi cinta.

Jika thumuhat serial cinta Anis Matta kerap kali membakar jiwa para pecinta dengan hamasah akan mahabbatullah. Artikel ini hanyalah sebuah refleksi akan jalan kelam seorang pecinta.

Love is so blind…ya Azzam sangat sadar akan hal itu. Dua tahun bukan kisaran waktu yang singkat saat seorang adik tersayangku mengalami teror panjang seorang akhwat mantan aktivis tarbiyah. Terror menakutkan itu berawal dari “ Teteh yang baik tolong kenalkan saya dengan ikhwan itu ya teh”. Sebenarnya telah lama saya mengagumi dia. Teh maukan membantu saya, insya Allah ini bagian dari ikhtiar saya mencari pasangan yang sholeh”. Lama-lama kata-kata manis berubah menjadi cacian, hinaan dan makian kala cintanya bertepuk sebelah tangan. Ironis, sang ikhwan menyukai akhwat yang menjadi perantaranya. Kebenciannya kian menjadi. Tarbiyahnya menjadi angin lalu.Hari-harinya dipenuhi keinginan balas dendam, bahkan pada hari pernikahan adikku dengan ikhwan lain yang bukan ikhwan pujaannya. Nafsunya meradang, terror ancaman untuk menghancurkan pernikahan suci itu tidak kenal henti dan lelah, dan hampir membuat sebagian besar panitia mengelus dada menahan marah.

Dulu akhwat ini seorang aktivis tarbiyah yang punya komitmen da’wah… Kini rasanya ia menjelma menjadi seorang wanita asing yang kesepian dan kehilangan jati diri.

Cinta dan aktivis da’wah…..

Mungkin kita harus banyak merenungi kala perjalanan cinta tak sedikit memakan korban. Kasus-kasus vmj, dan cerita cinta antar aktivis kian menumpuk di meja kaderisasi dan para murobbi. Menjadi PR yang harus senantiasa dibenahi, diilaj dan diselesaikan dengan bijak. Seorang ikhwan aktivis tertangkap basah menghabiskan sebagian malamnya dikostan seorang aktivis akhwat.Berduaan.Alasannya ada amanah yang harus diselesaikan dan tidak ada waktu lagi. Sepasang aktivis ditemukan saling berboncengan, meski dengan malu-malu pada malam hari.Alasannya dari pada naik ojek, mending diantar jemput ikhwan. Padahal taksi masih bertebaran dimalam hari, lagian……….ukh, anti kemana malam-malam???

Kisah lain, bermula dari sekedar sms perhatian. Akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak terbendung. Awalnya hanya sekedar saling motivasi, lambat laun mulai saling berbagi hati. Menjadikannya sandaran hati, dan merindukan “tausiyah” pelipur jiwa. Ah…celah itu begitu sempit, namun tak urung menjadi celah bagi syaitan. Terkadang satu amanah, satu departemen, satu aktivitas, dan pertemuan yang intens menjadikan awal pertautan hati. Sungguh andai tak pandai menjaga diri dan hati berbagai fitnah menantang kita semua para aktivis da’wah.

Tak sedikit yang insilah dari jalan ini, juga semata-mata karena cinta. Ada banyak kasus yang harus ditangani, juga bermuara dari satu kata….cinta. Hmh…benarkah ini cinta yang selama ini kita cari ? Benarkah ini muara akhir rasa cinta dalam diri kita?

Menembus ruang dan batas
Menggelora, meradang dan mematikan
Kala cinta merasuk sukma
Membekukan akal,menghempas rasa
Jika tidak karenaNya
Kemana kan dibawa lari sekeping hati pecinta???
( azsya )

Banyak kasus vmj yang tak sedikit mendapat satu solusi, ya sudah nikahkan saja, daripada menjadi fitnah. Ya sudah, diproses saja melalui jalurnya meski sebagian murobbi angkat tangan dalam hal ini kala proses ilajnya tak kunjung menemukan titik terang. Benarkah ini sebuah solusi atau pembenaran yang tepat atas sebuah kehilafan….Entahlah, semua teraduk dalam satu adonan yang terkadang tak jua kumengerti.Meski disatu sisi tak sedikit para murobbi yang cukup tegas bahkan tak segan memberikan iqob yang cukup keras. Namun terkadang kala cinta membutakan, ia tak mampu melihat cahaya terang.” Sudahlah, daripada mendekati zina, sudahlah…..” tolerasi-toleransi yang hadir pada masa-masa ilaj akan riak-riak cinta antar aktivis.
Inilah cinta, uz…

Geloranya tak terbendung
Hentakannya mengumbar asa
Membutakan mata hati
Meredupkan cahaya diri
Kala cinta berlari
Menjauh dari cinta Ilahi……
( azsya )

Ada banyak kisah cinta para aktivis. Ada yang tak mampu menahan rasa, hingga tersampaikanlah rasanya pada berbagai pihak. Lidah tak bertulang, berita terus tersebar. Ah…semoga tak sampai ditelinga sang pujaan. Ada yang sedih karena tak kuasa menahan rasa cinta. Meski tak terbalaskan, kesetiaannya sulit dipatahkan. Saudara-saudaranya hanya bisa mengelus dada. Speechless, mungkin akan berakhir hingga salah satu dari mereka menggenapkan diennya. Penantian, patah hati, angan-angan dan kesunyian….tragedi cinta kembali menorehkan catatan kelam.

Namun bidadari, tak semua berakhir kelam. Kala sepasang aktivis berusaha meredam semua rasa yang bergejolak didadanya. Jihadnya adalah menjaga lisannya dari mengungkapkan rasa itu pada siapapun. Disimpannya rasa itu dalam hatinya, senantiasa dibersihkannya dari dalam hatinya, diupayakan untuk ia sembuhkan, meski berat terasa. Ia begitu tsiqoh cinta murninya hanya untuk satu-satunya pendamping hidup sejatinya kelak.

Kala seorang ikhwan bersegara menggenapkan diennya untuk mencegah fitnah yang kian menghampirinya. Kala para aktivis kian pandai berghodul bashar, menjaga hati dan mengendalikan riak-riak cinta yang secara fitrah hadir menggoda. Cinta sejatinya masih menjadi sandaran utama. Adakah Allah swt ridha akan prosesnya ???

Mungkin ini salah satu hikmah yang ada dibalik kisah Fatimah ra dan Ali bin Abi Thalib. Selepas Rasulullah menikahkan mereka, terkuaklah satu pernyataan yang tertulis dalam sirah bahwa ada satu ikhwan yang selama ini Fatimah kagumi dan ikhwan itu adalah Ali bin Abi Thalib. Ternyata rasa yang tersembunyi begitu rapi itu juga dirasakan oleh Ali bin abi Thalib, tentang seorang akhwat yang ia kagumi yang kemudian Allah takdirkan menjadi istrinya. Luar biasa, bahkan syaitan tak dapat mengetahui hal itu. Padahal tidak sulit andai Fatimah mau, ia dapat dengan mudah menceritakan perasaannya pada ayahnya yang sangat menyayanginya. Namun karena afifahnya (kesucian dirinya), sepenuh jiwa ia berjihad menahan perasaannya. Demikian pula Ali, andai Ali mau, dia bisa saja menyampaikan perasaannya pada Fatimah atau menyatakan niat baiknya pada Rasulullah.Namun dia berjihad menjaga rasa itu, kerendah hatiannya membuatnya merasa tak pantas mendampingi seorang wanita ahli surga yang juga putri tercinta Rasulnya. Hingga akhirnya Allah swt, Rasulullah, dan da’wah islam yang menyatukan mereka berdua. Hingga terkuaklah rasa saling kagum itu selepas ijab Kabul. Luar biasa. Andai mereka tidak berjodoh, mungkin kisah ini takkan pernah tertulis dalam sirah. Mereka membawanya dalam sekeping hati yang dalam, yang menjadi rahasia antara mereka dan Rabbnya. Bahwa pernah ada satu kagum yang tak tersampaikan….Subhanallah

Bidadari, kemanakah sekeping hati ini akan dibawa berlari….Perjalanan cahaya ini masih teramat panjang. Pencarian kan Kekasih Sejati, tidak berakhir di pelaminan. Pencarian ini takkan pernah usai sampai maut mempertemukan kita dengan sang Kekasih. Kala Dia menatap kita dengan penuh cinta. Dan kita teramat berbahagia, melebih kebahagiaan akan surga yang dijanjikan. Kala cinta kita berlabuh pada muara terindah yang abadi antara kita dan Rabb kita….

Inilah cinta
Kala ruh, darah, dan jasad ini
Adalah bukti cinta para pecinta sejati
Layaknya jantung yang terkoyak milik Hamzah bin abdul mutthalib
Tubuh yang tercabik berpuluh pedang milik anas bin abi nadr di perang uhud
Hingga tiada terkenali kecuali dari jarinya yang tersisa

Inilah cinta
Kala maal, jiwa dan raga
Adalah saksi cinta tak terbantahkan
Cinta Abu Bakar yang tak ragu menginfakkan segala hartanya bagi Islam dan
Mentsiqohkan keluarganya pada Rabb dan RasulNya

Inilah cinta
Kala tetesan peluh, tetesan darah, degupan jantung
Menoreh sejarah sepanjang masa
Cinta seorang Hasan al banna yang menggelora akan kebangkitan Islam
Tetesan darah yang menjadi saksi jihad, dan sisa detak jantung yang terus menabuhkan genderang jihad hingga detik ini
kala tak satupun orang yang boleh menolongnya, dan asy syahid Hasan al banna syahid kala tetes darahnya berakhir

Inilah cinta…….
Cinta yang membuat khalid bin walid lebih menyukai malam-malam dingin di medan jihad
Dibandingkan malam-malam hangat bersama istri tercintanya

Inilah cinta….
Yang terlukis dari senyuman indah Sayid Qutb kala kerinduannya bertemu Rabbnya terkabul dari tiang gantungan

Inilah cinta
Kala Nusaibah dan Al Khansa
Rela menginfakkan keluarganya dan berdarah-darah demi menjaga Rasulullah

Ikhwati fillah inilah cinta….
Cinta yang membuat manusia biasa menjadi manusia-manusia langit
Cinta yang membuat kekasih kita Rasulullah saw
Di akhir hidupnya terus berkata umati…umati…umati
Inilah cinta yang terang
Cinta yang berbuah jannati
Cinta para pecinta sejati
( azsya )

Yang merindu satu cinta yang terang…..
Kini hingga akhir masa….

Wednesday, 9 May 2007_www.media-itsar.blogspot.com

Ingatkah ummi saat engkau memanggilku dengan sebutan "bidadari kecilku" begitulah panggilan kesayang ummi padaku waktu itu.. dan kini ummi mengganti panggilan itu, katamu "saat ini anis bukan lagi bidadari kecil teteh.. kini anis telah berbah menjadi bidadari yang beranjak dewasa.."

Bagiku Ummi akan senantiasa menjadi Bintang di Langit hatiku.. uhibbuki fillah.. dan anis yakin, kalau anis pun akan selalu menjadi bintang yang senantiasa bercahaya di langit hatimu.. syukran buat nasihat2 yang selalu ummi berikan padaku..


Anisa Lia Salsabila

CATATAN PERJALANAN SEORANG DOKTER INDONESIA DI GAZA#3 ~ EL ARISH, KOTA PERLINTASAN PARA NABI

Bismillaahirrahmaanirrahiim


Tulisan ini adalah kisah nyata dari seorang dokter dari Bandung, Dr.Dadang Rukanta yang tergabung direlawan Tim Bulan Sabit Merah Indonesia saat beliau mengunjungi Gaza Januari-Februari 2009. Hari ini tepat setahun Israel menggempur Gaza melalui darat, laut dan udara dalam operasi "Cast Lead" yang menggemparkan dunia itu. Semoga ada hikmah yang bisa kita petik

Catatan sebelumnya: http://www.facebook.com/note.php?note_id=291722607917

El Arish, Kota Perlintasan Para Nabi


Perjalanan panjang terasa saat menuju kota El Aris sekitar 400 km. karena perjalannya menyusuri jalan panjang berdebu padang pasir gurun Sinai, jadi terasa membosankan, kebanyakan dari kami mulai tertidur, padahal perjalanan dengan kecepatan 120 km per jam, tapi masih saja terasa biasa karena jalan yang lurus dan tidak ada pemandangan yang bisa dilihat. Untuk melepas penat kami sempat berhenti untuk shalat dzuhur di satu café sekitar 100 km sebelum Raafah. Kami hanya shalat dan minum teh dan tidak sempat makan karena masih kenyang dengan bekal yang dibawa dan juga makin tidak sabar untuk segera sampai di Raafah.


Sekitar lima jam perjalanan melelahkan terasa sirna begitu sampai kota El Aris yang ada dipinggir pantai Laut Tengah/Mediterania. Laut tampak biru indah, menenangkan. Bagi orang yang berdomisili di Timur Tengah, laut selalu menenangkan. Apalagi bagi kami yang dari tadi hanya melihat hamparan pasir gurun Sinai, dan yang pasti karena kami tahu sekitar setengah jam lagi kami akan sampai di tempat yang beberapa hari yang lalu hanya berita di televisi. Euforia ini yang membuat kami semakin semangat, sehingga menghilangkan kelelahan perjalanan panjang menuju Raafah.



Setiba di Raafah sekitar pukul dua siang, kami turun meninjau lokasi, tim yang dipimpin Kang Aji langsung menuju Border untuk mengurus administrasi masuk, yang lain berjalan sekitar perbatasan melemaskan otot. Beberapa mengambil foto tempat yang menjadi bahan pemberitaan ini. Tampak antrian kendaraan pengangkut bantuan berjejer panjang parkir di tepi jalan. Dekat gerbang perbatasan bergerombol para relawan yang memohon masuk dan menunggu dengan was-was, karena segalanya serba tidak pasti. Kami bertemu dengan relawan dari Negara lain ada yang sudah menunggu dua hari ,tiga hari bahkan lebih tanpa tahu dengan alasan apa. Konon katanya menunggu klarifikasi dari Kairo tentang ijin masuk tadi. Tapi juga ada faktor lain yang kami sulit mengerti, karena bisa saja masuk di gerbang pertama, gagal di gerbang kedua dan terpaksa balik lagi. Kami juga bertemu degan rekan relawan dari Negara lain yang pernah bertugas sama-sama di beberapa kejadian bencana. Saya bertemu Prof.iqbal Khan dari Pakistan, seorang ahli bedah yang tawadhu beliau sudah dua hari menunggu, saya juga bertemu dengan Ikhwan dari Malaysia Cik Rahman dan kawan-kawan dari Global peace dan NGO Aman Malaysia. Suasana seperti reuni dan saling bertukar cerita akan rumit dan tidak pastinya bisa melewati gerbang Raafah.


Kami menunggu, ikhwan Aji dan kawan-kawan yang mencoba melobi petugas pebatasan di dalam. Sambil menunggu kami berjalan sekeliling melihat lihat jauh ke seberang sana, Negara Israel dan Gaza. Raafah sebenarnya ujung jalan raya yang dibangunkan Gerbang besar di dua jalan besar, jalan masuk dan keluar. Di dalam bangunan seluas sekitar dua hektar itu terparkir beberapa ambulan dan kendaraan bantuan yang belum masuk Gaza. Setelah itu baru wilayah imigrasi Palestina, yang memang tida tampak dari tempat kami menunggu. Sebelah kiri gerbang kami tahu itu pinggiran kota Raafah yang konon banyak terowongan tempat menyelundupkan barang-barang ke Gaza, di tempat ini dari ketinggian kita dapat melihat kota Gaza dan Wilayah perbatasan Gaza Israel yang sering terjadi baku tembak. Saat itu kami tidak mendengar adanya baku tembak, yang terdengar hanya teriakan orang Arab dan petugas gerbang yang sering adu urat karena urusan lewat perbatasan ini.



Adzan Ashar terdengar di mushala café dekat gerbang, dan kami masih belum ada kepastian, menunggu dan menunggu. Barang-barang belum kami turunkan. Lepas jam 4 yang merupakan batas tutup kantor, kami belum juga bisa lewat perbatasan. Menurut Ketua Tim Kang Aji, mungkin karena waktu kami sempit menjelang tutup perbatasan. Untuk itu kami putuskan menginap di El Aris dan kembali keesokan harinya. Dari pengalaman tadi Pak Ketua BSMI Dr.Basuki yang tadi masuk bersama ketua tim Kairo Kang Aji, menyatakan besok optimis bisa masuk.

Kota El Arish adalah kota kecil dan merupakan kota tua lintasan para Nabi. Dari bangunan dan beberapa area saya bisa melihat El Aris memang kota lama, dengan penduduk yang lebih hangat dibanding Kairo. Di tengah kota cukup hidup dengan masjid dan kedai yang cukup nyaman. Kami makan malam dahulu kemudian shalat Maghrib di jama Qoshar dengan Isya, kemudian baru mencari penginapan. Setelah mencari agak lama akhirnya kami dapat di Sinai Star Hotel. Hotel melati yang cukup sederhana untuk bisa istirahat dan membersihkan diri. Sebelum tidur kami bertukar cerita kajadian tadi siang, dan berdo’a semoga besok bisa masuk dengan lancar mendapat kemudahan dari Allah.




(Bersambung -> Catatan Perjalanan #4)
Yashfy Ziyanulhaq

KEMANA PERGI BIDADARI ?- WRITTEN BY AZSYA.

Selepas isya ini, ketika sedang mencari file-file yang diperlukan untuk pembuatan proposal penelitian, kutemukan sebuah tulisan yang sangat kusuka.. afwan belum izin copas dari penulisnya secara langsung.. tapi insya Allah semoga saja beliau ikhlas.. ummi afwan.. izinnya sekarang ya^^v


KEMANA PERGI BIDADARI ?
Tidak mudah menjadi kader luar biasa yang punya kesabaran luar biasa, dan kelak menjadi
bidadari luar biasa

Kampus ini memiliki 800 orang kader. Bayangkan, bukankah ini jumlah yang sangat luar biasa, kuantitas yang mungkin membuat bangga. Di sebuah lembaga pendidikan ternama, tempat orang-orang cerdas menuntut ilmu. Jumlah yang fantastis. Dan bidadari, kau pastilah salah satu dari mereka. Namun, entah mengapa di ladang amal tak kulihat kepak sayapmu. Entah mengapa di medan jihad hanya segelintir bidadari yang melaju dibaris terdepan. Berdarah-darah, dan sangat kesepian. Mereka sendirian di tengah banyak bidadari. Ukhti, mujahidah, bidadari sholehah, kemana engkau pergi?

" Hampir datang masanya umat-umat lain memperebutkan kalian sebagaimana orang-orang yang rakus memperebutkan sebuah hidangan. " Para sahabat bertanya’" Adakah jumlah kita sedikit pada waktu itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab, " Tidak. Bahkan kamu banya. Tetapi kalian seperti buih yang terapung. Alloh menarik rasa takut kepadamu dari dada musuh-musuhmu dan akan menanamkan dihatimu " Al-Wahn". Mereka bertanya, " Apa al-Wahn itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab, " Cinta dunia dan takut mati." ( H.R.Ahmad dan Abu Dawud )

Bidadari, dalam malam-malam sunyiku aku senantiasa cemas dan takut kita tak lebih generasi buih. Banyak namun tidak punya kekuatan apapun. Tak punya kekuatan untuk sekedar melawan arus atau menghadang gelombang. Menjadi buih adalah menjadi bukan siapa-siapa, buih hanya akan mengikuti kemana air mengalir dan ombak menghempas. Generasi Buih, phuih betapa sering kita tertipu dengan jumlah yang banyak. Betapa sering kita bangga dengan kuantitas. Bidadari andai kita mau berkaca, sedikit berintropeksi, berapa kali dalam satu minggu ini kita menghadiri syuro, berapa kali kita memenuhi janji pada saudara kita, berapa kali kita hadir dalam kajian, berapa kali kita taat terhadap qiyadah kita. Amal apa yang sudah kita lakukan minggu ini? Berapa banyak membawa kemaslahatan bagi umat?

Bidadari mungkin kau bisa membantuku menjawab, satu pertanyaan klasik, "katanya ikhwah banyak, tapi kemana, kenapa amanah jatuhnya pada orang yang sama???" Bertahun-tahun pertanyaan itu selalu kudengar. Apakah rangkaian waktu tak membuat kita makin cerdas menemukan jawabnya? Entahlah ukhti, aku sendiri kerap tak tahu jawabnya. Bidadari, kemanakah engkau pergi ?

Aku teringat Perang Badar Kubro, bulan Ramadhan tahun 2 hijriyah. Saat 319 orang mampu mengalahkan seribu orang pasukan lengkap dengan kondisi mental tidak siap untuk berperang. Namun bidadari, jumlah ternyata tak menjadi jaminan. Senandung Para Mujahid, tafsir surat al-anfal menggambarkan hal tersebut dengan begitu jelas.
"…dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." ( Q.S al Anfal : 10 ).

Para sahabat dapat mengetahui dengan jelas bahwa kemenangan dapat tercapai bukan karena jumlah pasukan yang banyak, persenjataan yang lengkap, dana peperangan yang melimpah atau perbekalan yang cukup. Namun kemenangan amat dtentukan oleh faktor menyatunya hati dengan kekuatan Allah yang takkan dapat dihadapi oleh kekuatan manusia manapun.Sungguh luar biasa.

Bidadari, sudahkah kita menjadi barisan orang yang sedikit itu? Yang memiliki tsiqohbillah yang begitu dahsyat hingga mampu mengalahkan kekuatan dari manusia serta makar apapun. Ataukah kita hanya puas duduk dibangku penonton, melihat saudara kita berjuang, sedikit peduli atau sama sekali tidak mau perduli? Ataukah kita hanya disibukkan dengan akademis kita, mengorbankan saudara-saudara kita untuk memegang amanah berlipat ganda di pundaknya karena distribusi amanah yang tidak merata. Ah, bidadari ternyata betapa sering kita dzalim pada saudara kita…. Pernahkah kita bertanya, " adakah yang bisa saya bantu ukhti ?" atau mungkin kita yang sering kali mengecewakannya karena sms ta’limatnya seringkali tak ubah angin lalu. Bidadari, katanya kita aktivis, tapi…………..entahlah, kemana engkau pergi ?

Bidadari, aku faham tak mungkin menyalahkan siapapun, karena kesalahan bisa muncul dari sudut mana saja dari para praktisi da’wah. Namun menjadikannya sebuah keluhpun takkan menjadi satu kebaikan yang solutif. Aku hanya ingin berbagi denganmu, saat berhadapan dengan kenyataan dari 800 kader hanya satu per limanya saja yang punya militansi dan amal nyata di medan jihad. Akan aku biarkan artikel ini sampai pada titik intropeksi kita. Kemanakah kita pergi bidadari? Jangan-jangan kita merasa sudah kemana-mana, padahal belum selangkahpun kita beranjak dari tempat kita. Ukhti, sungguh ironis bila saudara kita yang memikul beban amanah begitu besar akhirnya lepas dari barisan karena tak sanggup lagi menanggungnya. Kita semua akan dimintai pertanggungjawaban atas dirinya, kemana kita saat saudara kita membutuhkan bantuan kita? Kemana kita saat akademis saudara kita merosot karena beban da’wah yang dipikulnya? Kemana kita saat keputusan qiyadah untuk menempatkan orang-orang soleh di kepemimpinan harus diperjuangkan? Kemana kita, yang kerap bangga dengan lebel Aktivis kita, namun kontribusi yang teramat minim? Ya ukhti, kemanakah kita akan melangkah ? Jika tidak dijalanNya? Kemanakah kita akan berjuang, jika tidak dimedan jihadNya?

Bidadari, sungguh kekuatanmu lebih besar dari yang kau pikirkan. Namun sekali-kali bukan da’wah ini yang membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan da’wah. Kereta da’wah ini akan terus melaju dengan atau tanpa kita. Dien ini, da’wah ini bukan waktu sisa kita .Tapi justru kehidupan kita…

Bidadari, semoga saja waktu kita yang sedikit itu dapat menjadi kifarat bagi kita, menjadi berkah dan kemashlahatan bagi umat ini. Sungguh aku berharap bisa bersamamu mencari solusi atau semua kondisi klasik ini. Berjuang bersamamu adalah keindahan dan kebahagiaan tersendiri. Bidadari, tanpamu 100 tak lagi seratus, tapi hanya 99 saja. Tanpamu bagaikan tuts keyboard yang rusak di salah satu hurufnya. Kehadiranmu menjadi sangat penting, andai kau faham visi perjuangan ini.

Bidadari, semoga kau tak lagi pergi, kecuali untuk perjalanan da’wahmu…. sungguh berjuang bersamamu adalah masa-masa luar biasa. Saat kepak sayap mu memberikan energi besar dalam perjuangan ini. Saat senyum dan hadirmu meluluhkan segala keluh dalam lisan ini. Saat gerak langkahmu menjadi genderang jihad tuk senantiasa bergerak ke medan jihad. Maka ukhti bidadari kemana engkau pergi ???

Wallahu’alam bishawab.

Azsya
Yang senantiasa bertanya kemana pergi bidadari?
Bidadari, semoga kita tak menjadi generasi buih.. Ayunkanlah langkahmu, bergeraklah, karena diam bisa mematikan.

disadur dari tulisan Asya dg sedikiiiiit perubahan..
Bidadari Luar Biasa
Part VI_ Tuesday, 27 March 2007_media-itsar.blogspot.com


Anisa Lia Salsabila

CATATAN PERJALANAN SEORANG DOKTER INDONESIA DI GAZA#2 ~ DARI KAIRO MENUJU RAFAH GATE

Bismillaahirrahmaanirrahiim



Tulisan ini adalah kisah nyata dari seorang dokter dari Bandung, Dr.Dadang Rukanta yang tergabung direlawan Tim Bulan Sabit Merah Indonesia saat beliau mengunjungi Gaza Januari-Februari 2009. Hari ini tepat setahun Israel menggempur Gaza melalui darat, laut dan udara dalam operasi "Cast Lead" yang menggemparkan dunia itu. Semoga ada hikmah yang bisa kita petik

Catatan sebelumnya: http://www.facebook.com/Khalavf?v=app_2347471856&ref=profile

Dari Kairo Menuju Rafah Gate: Gerbang Keruntuhan Ukhuwah Islamiyah



Rombongan yang tampak agak lelah karena perjalanan, menmbus dinginnya kota Kairo di pagi hari. Suasana kota masih tampak lenggang dan sepi. Sekilas Kairo seperti kota modern dengan jalan laying yang bertingkat lebar dan beberapa gedung tinggi. Tetapi gedung-gedung pencakar langitnya masih kalah dengan di Jakarta, dan lagi terasa lebih berdebu disbanding di Jakarta, mungkin karena disini memang negeri padang pasir. Kami juga melewati sungai nil yang dingin dan tenang, sungai yang menjadi nadi kehidupan warga Mesir selama jutaan tahun. Patut diacungi jempol sungat yang sangat lebar dan banyak cabangnya ini terlihat masih bersih tanpa sampah, jauh berbeda dengan sungai ciliwung di Jakarta yang kotor dengan sampah . Katanya memang kebersihan sungai sangat di jaga karena sungai ini jantung kehidupan warga mesir selama jutaan tahun.

Sampai di wisma yang terletak di daerah Nasr City-jadi masih di tengah kota- Hari masih pagi sekitar pukul 8an, kami sudah dinanti beberapa ikhwan relawan dari mahasiwa azhar. Barang-barang kami kuplkan di dekat lobi, kecuali barang pribadi di simpan di kamar masing-masing . Setiap kamar dihuni dua orang. Kami sudah disiapkan sarapan pagi, makanan dan minuman masakan Indonesia. Selepas sarapan tim dipersilakan untuk istirahat dan bebenah diri tetapi harus tetap siap berangkat setiap saat karena rencana bisa saja berubah. Dijadwalkan akan berangkat sore ini atau jam 9 malam ini, jadi kalau di Jakarta sekitar jam 2 dini hari.

Berjalannya waktu tidak terasa hari itu, tahu-tahu sudah menjelang maghrib. Kami shalat di masjid dekat Wisma yang hanya berjarak sekitar 40 meter. Shalat jama’ qashar . Ba’da Isya ada kabar keberangkatan di tunda ke eso pagi jam 9 ,karena ambulan yang akan kami bawa belum selesai. Jadi malam itu kami bisa istirahat dan menyesuaikan diri dengan waktu di Kairo. Yang jelas hari terasa dingin sehingga kami harus memakai baju beberapa rangkap. Untuk di Gaza karena suhu lebih dingin dari Kairo, kami dibekali baju dalam yang sering disebut baju monyet atau baju koboi, yang dipakai sebagai baju dalaman sebelum memakai baju luar. Untuk melemaskan otot beberapa dari kami berjalan-jalan seputar wisma melihat-lihat sudut kota Kairo yang rata-rata memang baru pertamakali menjejakan kami di kota tua ini.
Pagi hari kami terbangun menjelang subuh, beberapa sempat shalat malam sebelum subuh berjamaah di masjid. Udara sangat dingin ketika keluar wisma menuju masjid suhu sekitar 12 derajat. Shalat subuh pertamakali di masjid Kairo terasa berbeda, dengan bacaan surat yang nyaris tapa irama seperti di tanah air biasa dilakukan dan juga bacaan dan sujud yang panjang, tetapi semua itu terasa nikmat dan biasa saja bagi saya. Mungkin karena mulai adaptasi atas kebiasaan penduduk negeri ini atau juga mungkin karena semangat dan kegembiraan bisa menginjak benua afrika dan akan menlakukan suatu jihad membantu ummat muslim yang tertindas.




Lepas sarapan pagi, nasi kuning dan telor dadar, dan minum teh hangat kami berbenah memasukan bawaan kami ke mobil yang kemarin membawa kami dari bandara. Rencananya kami akan menjemput ambulan kemudian berangkat beriringan menuju perbatasan Raafah. Hari itu kami akan mencoba langsung masuk Gaza. Diperkirakan kami akan tiba di Raafah lepas dzuhur.
Proses pengambilan ambulan ada sedikit miskomunikasi. Ambulan yang tadinya akan diambil di Markas Hilal Ahmar (Bulan Sabit Merah) Egypt ternyata ada di Free Zone yan merupakan daerah yang diperuntukan untuk barang-barang yang belum jelas tujuannya. Maka kami menuju Free zone yang berada di pinggiran kota Kairo. Sampai disana, Alhamdulillah mobil ambulan sudah ada dan sudah selesai ditulisi sesuai permintaan kami, tertulis “Donation for Palestina people from Indonesian Red Crescent and Indonesian people” Ada dua ambulan jenis Toyota Hijet ukuran besar dengan atap yang lebih tinggi. Perlengkapannya merupakan perlengkapan standar evakuasi pasen dengan kapasitas dua pasen, satu brankar untuk satu pasen dan satu kursi untuk pasien duduk. Ada Oksigen dan salurannya dan satu tool box berisi alat-alat pemeriksaan sederhana.

Setelah menunggu anggota tim yang lain yang menggunakan mobil kecil, kami berangkat beriringan, ambulan, minibus dan dua mobil sedan kecil yang berisi anggota tim ditambah karyawan KBRI dan Ikhwan Mahasiswa Azhar 5 orang yang akan bertindak sebagai mutarjim (penerjemah), 3 orang diantaranya akan turut kami masuk Gaza, sehingga tim yang akan masuk Gaza sebanyak 18 orang. Skenario tim masuk Gaza seperti yang sudah dijelaskan dalam briefing di wisma, ketua tim di Kairo adalah Ikhwan Aji, yang merupakan mahasiswa Azhar yang baru menyelesaikan S1 nya. Angggota tim terdiri dari 4 mahasiswa, Salim, Arif, Haris, dan Rudi, semuanya relawan mahasiswa azhar, tiga yang disebut pertama kali yang akan ikut kami masuk kota Gaza.




Perjalanan kami menembus dinginnya kota Kairo di pagi hari berjalan lancar, kami hanya berhenti di toko di pingir kota Kairo untuk membeli beberapa bekal makanan untuk dijalan, setelah itu rombongan berjalan nonstop menuju perbatasan Raafah. Rute perjalanan sebenarnya sederhana saja, dari Kairo menuju Ismailiyah untuk menyeberang terusan Suez, kemudian menembus Gurun Sinai menuju kota terdekat perbatasan Raafah, Kota El Aris yang berjarak sekitar 40 km dari perbatasan Raafah dan setelah itu menuju Raafah. Perjalanan menuju penyebrangan terusan suez cukup menyenangkan karena kita bisa ,melihat beberapa pemukiman penduduk dan beberapa lahan pertanian yang dikelola secara modern. Jejeran kota yang dilewati masih cukup padat sehingga tidak terlelu melewati area kosong yang kadang membosankan.

Melintasi terusan Suez yang terkenal itu kami mengunakan jalan yang melintasi jembatan sangat panjang yang disebut jembatan perdamaian Gamal Abdul Naser. Panjangnya sekitar 3 km konon kabarnya merupakan jembatan yang dibangun atas kerjasama dengan pemerintah Jepang. Dari sejak di Kairo perjalan beberapa kali berhenti karena ada check point pemeriksaan dokumen oleh tentara Mesir. Satu hal yang menguntungkan saat pemeriksaan di check point adalah tim kami merupakan kerjasama dengan Hilal Ahmar di Mesir yang diketuai Ibu Husni Mubarak, jadi pemeriksaan tidak terlalu bertele-tele, bahkan dibeberapa check point hanya lewat saja begitu disampaikan tim dokter dari Hilal Ahmar. Memang di badan mobil kami tempelkan stiker lambang Hilal Ahmar Mesir. Ada sekitar tigabelas check point yang prosedurnya sama saja, menanyakan dari mana mau kemana dan melihat dokumen, kadang melihat paspor. Dokumen surat pengantar memang kami siapkan di sepan sedangkan paspor siap di masing-masing tim.




(Bersambung -> Catatan Perjalanan #3)

M. K. Ziyanulhaq

SECERCAH CAHAYA HARI INI...

Maha suci Allah yang menguasai segala kerajaan dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.. Yang menciptakan mati dari yang hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Mahaperkasa dan Maha Pengampun. Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Kemudian ulangi padnangan(mu) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.. (Al-Mulk: 1-4)

Kau ciptakan dan Kau atur dunia ini dalam kesinergisan yang luar biasa bagaikan harmoni yang sangat indah.. Kau ciptakan Bumi dan planet-planetnya berputar sesuai porosnya masing-masing.. semuanya berada dalam lintasanya masing-masing.. tidak ada yang bertabrakan satu sama lain.. semuanya seirama bergerak dan berevolusi mengelilingi Sumber energi dan berotasi terhadap porosnya masing2... semuanya demi terciptanya keteraturan...

Sepanjang waktu kumandang adzan senantiasa terdengar diseantero penjuru dunia... itu semua dikarenakan salah satu bentuk kuasaMu dalam mengatur perputarn Bumi ini agar senantiasa berotasi dan berevolusi sehingga apabila di suatu wilayah telah selesai dikumandangkan, maka disambung dengan adzan di wilayah lainnya... seperti layaknya irama yang saling bersahut-sahutan.. tanpa henti sekejap pun... tanpa putus sekalipun... lantas apakah mata ini masih buta dengan semua ini???
Berapa ratus detik yang telah kulalui tanpa mengingatMu.. tanpa merasa diawasi sedetikpun... sehingga berbuat seenaknya seolah-olah waktu yang terlewatkan takkan pernah diminta pertanggungjawabannya sedetikpun.. berapa banyak waktu yang tak kugunakan dengan baik untuk sekedar mengulang dan membaca ayat-ayat cinta dariMu.. dengan alasan banyaknya kesibukan dunia yang menyita waktuku.. yaa Ghafar... Sementara ada saudara-saudara kami yang berada dalam keadaan terjepit dalam keadaan terhimpit dimana bom dan peluru-peluru musuh-musuhMu yang senantiasa mengintai nyawa mereka, yang senantiasa siap menembus kulit-kulit mereka.. tapi sedetik pun mereka tidak gentar lalu menyerah dengan keadaan, bahkan banyak diantara mereka yang mampu menjadi para penghafal Qur’an... Yaa Rabb... lantas apa yang sudah kulakukan selama ini?? Dengan banyaknya waktu luang yang kumiliki??

Selepas magrib ini, entah mengapa teringat saat-saat berada dalam lingkungan saat pertama mengenal da’wah.. dahulu, setiap sepulang sekolah bukanlah pemandangan yang aneh jika kulihat sekerumunan anak berseragam putih-biru berada dalam lingkarannya masing-masing dengan kakak mentornya masing-masing.. semuanya sibuk dengan agendanya.. ada yang berbincang dengan temannya.. ada yang mentoring dan semuanya sibuk mendengarkan perkataan kakak mentornya kemudian sesekali mengutarakan pendapatnya.. semuanya sibuk berusaha mencari dan mendapatkan perhatian kakak mentornya... dan setiap bulan suci itu tiba.. dimana dalam penanggalan Qomariah mendapat gelar bulan paling mulia tiba, ada semacam rutinitas yang diadakan oleh DKM sekolah untuk mengadakan acara semacam Sanlat (pesantren kilat). Acara yang diselenggarakan terbuka untuk umum sedangkan beberapa anak diberi kepercayaan untuk mengisi acara tersebut dan sesekali pembinanya yang statusnya saat itu masih mahasiswa mengisi beberapa acaranya. Teringat kata-kata yang hingga saat ini masih benar-benar ku ingat dengan baik.. yang benar-benar masuk dalam alam bawah sadar*.. ada sesi acaranya tentang bagaimana berinteraksi dengan Al-Qur’an, saat ditugaskan menghafal bersama-sama surat Ass-Shaff.. surat ke 61 dalam urutan di Mushaf. Saat-saat kami dicek hafalannya.. saat kakak mentornya mengecek secara berkelilig.. yaa kami di cek satu persatu... saat kami menghafal do’a-do’a yang dicontohkan kakak mentornya.. saat kami menghafal do’a Rabithoh.. menghafal do’a untuk memohon ampunan agar hati ini dibersihkan dari penyakit yang mampu merusak tali ukhuwah... dan ketika mendapatkan amanah sebagai panitia bukan berarti kami dibebaskan dari segala bentuk infak.. malah disitulah kami diberikan kesempatan lebih untuk beramal.. baik dalam bentuk materi, tenaga, dan fikiran.. itu semua karena kami dipercaya bahwa kami lebih faham jika diminta untuk “beramal”.

Jujur.. ada banyak kerinduan di dunia kampus untuk seperti itu... saat ada saudara diantara kita membutuhkan bantuan.. saat dimana sebagian uang jajan kita dibelanjakan dalam da’wah ini... saat dimana uang disaku tinggal beberapa ribu namun kemudian diinfakan semua... saat diminta beramal tanpa mempertanyakan.. saat dimana diminta pengertiannya tanpa diminta atau dituntut.. saat daurah-daurah dijadikan kebutuhan.. bukan keterpaksaan atau sekedar rutinitas tanpa ghirah dan ruh... namun, akhir akhir ini ada pertanyaan yang belum bisa terjawab.. apa yang selama ini telah ku dapatkan.. kuperoleh.. ku korbankan.. ku berikan.. ku gadaikan untuk memperoleh cintaNya??? Apa hanya dengan recehan uang ribuan itu mampu kuperoleh RidhaNya?? Apakah dengan waktu yang sedikit kuluangkan untuk agenda-agenda da’wah dan agenda-agenda tarbawi??!! Entah megapa ghirah dan kesadaran itu mulai berkurang dan terkikis sedikit-demi sedikit... yang kurasakan saat ini ada bagian besar yang hilang dalam diri.. tapi apa???!! Sungguh... sama sekali ku tak merasa rugi atau salah dalam menepaki jalan yang kupilih ini.. jalan dimana sebagaian besar orang enggan untuk memilihnya.. pilihan yang sama dimana Abu bakar, Umar, Ustman, Ali, fatimah, Mus’ab, bilal, abdurrahman bin auf dan para Assabiqunal Awalun lainnya yang menginfakkan segala yang mereka miliki untuk berada dalam jalan ini, untuk keberlangsungan da’wah ini dan kuberhapar diri ini termasuk golongan seperti mereka dan tetap istiqomah berada didalamnya...

Sesekali ku berkaca pada teman2 yang masih istiqomah berjuang membina adik-adik di SMPnya masing-masing.. mereka kokoh, bercita-cita besar, memiliki mimpi-mimpi dan target-target besar.. namun aku???? Apa yang kumiliki??? Yaa Rabb bukakan mata hatiku agar mampu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini....

* Muslim itu ibarat sebuah pohon yang kokoh, akarnya menghujam sampai kedasar bumi. Batangnya kokoh menjulang ke atas langit, dahan-dahannya rindang dan rimbun, dan ia menghasilkan buah yang ranum dan manis rasanya.. jika engkau akarnya maka jadilah akar yang kuat yang membuat pohon itu kokoh, jika engkau adalah batangnya maka jadilah batang yang paling kuat dan menjulang sampai ke langit, jika engkau adalah dahannya maka jadilah dedahanan yang paling rindang yang mampu manaungi orang-orang yang berteduh di bawahnya.. jika engkau adalah buah maka jadilah buah yang paling ranum dan manis rasanya..




Anisa Lia Salsabila

ALLAH TIDAK MENJANJIKAN ... (NASIHAT HASAN AL BASHRI)

Allah tidak pernah menjanjikan hari-hari kita akan berlalu tanpa sakit, berhias tawa tanpa kesedihan, berselimut matahari tanpa hujan, atau siang tanpa malam.
Tapi yang pasti, jika kita mau, Allah menjanjikan kita kekuatan untuk melalui kehidupan hari ini.
Jika kita mau, Allah menjanjikan kita dengan kasih sayangnya yang tak kenal batas dan tak pernah berhenti.
Jika kita mau, Allah memberikan pelita kepada kita untuk bisa melalui hidup ini dengan selamat.

Sahabat, janji-janji itu harus kita rengkuh.
Kita harus menapaki langkah demi langkah untuk memperoleh kekuatan yang Allah janjikan.
Agar kita dapat menuju kasih sayang Allah. Agar pelita itu bisa kita genggam.
Agar kasih sayang yang Ia janjikan bisa mengalir membasahi jiwa.


Ketuklah hati kita masing-masing
Buka dan bicaralah pada-Nya
Kesulitan dan kepahitan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
Nasihatilah jiwa, Pahami keinginannya
Agar tetap brada pada jalan Allah, betapapun keadaannya ...


Gesang Ridho Subhan

CELUPAN WARNA ILLAHI

“Celupan warna Allah, dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (QS. Al Baqarah 138)


Bagaikan kain putih yang telah terkena beberapa noda, pribadi-pribadi mukmin kemudian dicuci dengan syahadat yang mereka ikrarkan. Allah kemudian memberi warna dengan celupanNya, celupan warna dengan citarasa illahi yang Maha Tinggi. Jika sang hamba terus menjaga amalan wajibnya, kemudian ia mendekatkan diri dengan amalan sunnah dan nafilahnya, maka celupan warna itu menjadi gerak hidup yang memancarkan kemuliaan dan keagungan.

"...Tidaklah hamba-hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dibanding hal-hal yang Aku wajibkan. Dan hambaKu akan terus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan nafilah, sampai Aku mencintainya. Maka, apabila aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran dimana ia mendengar dengannya. Aku akan menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya. Aku akan menjadi tangan dimana ia bertindak dengannya, dan Aku akan menjadi kaki dimana ia berjalan dengannya..." (HR Bukhari, dari Abu Hurairah)

Tentang warna warni itu? Ya. Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan aqidah. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah. Bahkan Rasulullah mengatakan, “Khiyaarukum fil jahiliyah, khiyaarukum fil Islam... Orang terpilih kalian di masa jahiliyah akan menjadi orang terpilih pula di masa Islamnya.”

Para sahabat adalah figur-figur menarik yang penuh warna. Menggambarkan sosok mereka sebagai manusia biasa, namun ada kemuliaan yang senantiasa terukir dalam ke-biasa-annya itu.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Tetapi kebesaran itu bermula dari satu prinsip yang dipegang teguh. Satu saja, kecil saja. Tetapi istiqamah. Abu Bakar Ash Shidiq. Benar, membenarkan, dan dibenarkan. Mengapa? Karena teguh untuk yakin pada apa yang berasal dari sisi Allah dan RasulNya. Maka keyakinan itu menjadi sesuatu yang sangat besar, “Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu dacing dan iman Abu Bakar pada dacing yang lain, niscaya iman Abu Bakar lebih berat.” Subhanallah!

Umar Al-Faruq. Ia, sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jujur pada dirinya, jujur pada Allah, jujur pada manusia. Blak-blakkan, keras, tak kenal takut. “Bukankah kita berada diatas kebenaran? Bukankah mereka beradar diatas kebathilan? Bukankah kalau kita mati, kita masuk surga sedang mereka masuk neraka?” Maka bermulalah aksi-aksi besar kaum muslimin dari Umar, ba’dallah. Da’wah terang-terangan, show of force di Ka’bah, hijrah terang-terangan, dan gemeretaknya gigi orang kafir dan orang munafik. Ia keras. Sangat keras. Tetapi ada saat dimana ialah manusia terlembut; saat memimpin. Maka benarlah kata-kata Ibnu Mas’ud, “Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah rahmat bagi orang beriman.”

Ustman Dzun Nurain, si pemalu berakhlak mulia. Malu tak hanya pada manusia, tetapi lebih dari itu, pada Allah. Mandinya Ustman tidak dilakukan kecuali dalam rumah yang terkunci rapat, tertutup semua lubangnya, di kamar yang terlindung dan terkunci, dalam sebuah bilik rapat di kamar itu, dan dipasang selubung kain yang tinggi. Itupun, Ustman masih tak bisa menegakkan punggung karena rasa malu. Ia selalu malu pada Allah. Ia malu, jika nikmat-nikmat Allah tak ia nafkahkan di jalanNya. Maka ribuan unta menyertai perang Tabuk. Ia malu, jika ia kenyang sementara penduduk Madinah ditimpa peceklik. Maka 1000 unta penuh muatan ia bagikan gratis. Ia malu, jika ia minum air sejuk sementara penduduk Madinah meminum air bacin. Maka dibelinyalah sumur Raumah, lalu ia wakafkan. “Tidak akan membahayakan Ustman”, sabda sang Nabi, “Apapun yang dia lakukan setelah hari ini.” Dan Ustman semakin merasa malu..

Ali yang ceria. Ceria mengajarinya keberanian untuk tidur menggantikan Rasulullah di saat teror pembunuhan mengepung kediaman beliau yang kecil. Ceria mengajarinya berlari-lari menyusur padang pasir sejauh 400 km untuk hijrah seorang diri dalam kejaran musuh. Ceria mengajarinya berolok-olok pada Amir bin Abdu Wuud, jagoan Quraisy yang menantang perang tanding dalam peristiwa Khandaq. Dan saat tubuh yang besarnya dua kali lipat dirinya itu jatuh terbelah, kaum muslimin pun bertakbir gembira. Dan ia, tetap ceria. Ceria mengajarinya untuk asyik belajar, maka ia menjadi pintu kota ilmu. Ceria -saat sakit mata- membuatnya menjadi pemegang panji penaklukan Khaibar, maka jadilah ia pemegang panji yang mencintai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya.

Abu Dujanah memang congkak, tapi ia bingkai kecongkakannya dalam jihad menghadapi musuh-musuh Allah sehingga ia mulia dengan kecongkakannya. Ikat kepala merah, langkah yang angkuh, jalan yang penuh gaya, membuat Rasulullah berkomentar, “Allah membenci yang seperti ini kecuali dalam peperangan di jalanNya!”. Akhirnya, Abu Dujanah meraih kemulian yang ia nantikan, sambutan bidadari surga.

Ada Abu Ubaidah kepercayaan umat ini. Seperti apa orangnya? Rapi jali! Pandai mengadministrasi, cerdas dan adil. Sangat dipercaya, sampai orang-orang Romawi yang beragama Nashrani merindukannanya. Sangat dipercaya, sampai Umar kehabisan akal untuk memintanya keluar dari kota berwabah. Sangat dipercaya, maka begitu sulit mencari penggantinya mengurus Baitul Maal. Ada Az Zubair hawari Rasulullah. Sebuah potret kesetiaan. Dan Thalhah yang perwira, perisai hidup Rasulullah yang di tubuhnya ada tujuh puluh sayatan pedang, hunjaman tombak, dan tusukan anak panah. Maka jadilah ia, kata Rasulullah, seorang syahid yang masih berjalan di muka bumi.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Ada Khalid, pedang Allah yang senantiasa terhunus. Maka sering, dengan kudanya ia membelah barisan musuh sendiri. Ia pedang Allah, maka tiga belas pedang patah di tangannya pada perang Mu’tah. Ia pedang Allah, yang memang hanya hafal sedikit ayat. Tetapi seluruh bagian tubuhnya yang penuh luka akan menjadi saksi dihadapan Allah, meski ia mati di ranjang. Ada Hudzaifah, pemegang rahasia-rahasia Rasulullah. Maka ialah intelejen paling gemilang dalam sejarah, yang duduk di hadapan Abu Sofyan, pemimpin musuh. Maka ketika pada Rasulullah manusia bertanya tentang amal-amal yang harus dilakukan, ia bertanya tentang laku-laku yang harus dijauhi. Ia, manusia yang lisannya tak bisa dipaksa berbicara, meski oleh Umar sahabatnya. Ia, pemegang rahasia-rahasia.

Ada lagi yang agung dalam gelar kematiannya. Hamzah penghulu syuhada, Ja’far pemilik dua sayap yang terbang kian kemari di surga, Abdullah bin Rawahah yang ranjangnya terbang menghadap Rabbnya. Sa’ad bin Mu’adz yang kenaikan ruhnya membuat ‘Arsyi Allah berguncang, dan Hanzhalah yang dimandikan malaikat.

Ada yang mulia dengan perbuatannya. Usaid bin Hudhair yang tilawahnya didengarkan malaikat, Ibnu Mas’ud yang qiraatnya seperti saat Al-Qur’an diturunkan, Abdurahman bin Auf yang diberkahi dalam shadaqah dan simpanannya, keluarga Abu Thalhah yang membuat Allah takjub, dan Ukasyah yang ingin bersentuh kulit dunia akhirat dengan Rasulullah.

Ada yang pernah berbuat dosa, tapi ia jujur! Ma'iz mengakui perzinaannya, meminta rajam untuk dirinya, sampai Rasulullah mengatakan, "Jika taubatnya dibagi untuk seluruh penduduk Madinah, niscaya mencukupi bagi mereka."

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecenderungan-kecenderungan memang berbeda. Dan jadilah itu warna-warna. Ada canda yang mereka lakukan, sampai saling lempar semangka suatu ketika. Tapi periwayat hadits ini berkomentar, “Mereka adalah laki-laki dalam urusan-urusannya!” Ya, mereka tahu kapan saatnya lempar semangka, dan kapan saatnya lempar lembing untuk menegakkan agama Allah.

Alangkah indah hari-hari mereka. Mari kita berdoa, sebagai orang-orang yang datang sesudah mereka...

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hasyr 10)

Menjadi muslim adalah menjadi kain putih. Lalu Allah mencelupnya menjadi warna ketegasan, kesejukan, keceriaan, dan cinta, rahmat bagi semesta alam. Aku jadi rindu pada pelangi itu, pelangi yang memancarkan celupan warna Ilahi, wahai Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang..

(Dikutip dari buku, “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim”, Salim A. Fillah, dengan sedikit perubahan)


Nida Rosyidah

Fathimatuz Zahro: Maaf

MAAF

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah : 263)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hehehe sambil jalan, kita mampir dulu ya , sebentar aja..
(jrengjengjengjengjeng…………………… jrengjrengjjengjengjeng ……………jrengjengjengjeng)
^^
Mampir ke ‘toko menjaga lidah’ dulu yaa..
“Seringkali kita lupa, sudahkah kita menjaga lidah kita?” (slogan sang toko)

Loh kok lidah? Ya iyalah, lidah itu lebih tajam daripada p-e-d-a-n-g! tuh kebayang kan pedang yang segitu tajemnya aja kalah ama lidah. Ada seorang penyair arab berkata:



“Luka karena pedang jika kamu balut maka diapun akan kembali sembuh dan akan lekang sepanjang masa luka yang diakibatkan oleh lisan”

Hmm lidah ya? Coba kamu simak kisah di bawah ini:

Salah seorang sahabat yang bernama Sofyan bin Abdullah pernah bertanya pada Rasulullah SAW: wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku tentang satu perkara yang harus aku pegang teguh?, Lalu beliau menjawab:
Katakanlah: "Aku beriman pada Allah, kemudian beristiqomahlah"
Lalu sahabat itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang paling engkau takutkan dariku? Kemudian Rasulullah memegang lidahnya sambil berkata: “ini. Berapa banyak perselisihan yang terjadi antara dua orang teman yang diakibatkan oleh lidah, berapa banyak perceraian atau pertengkeran yang terjadi antara dua orang suami isteri yang diakibatkan oleh lidah, berapa banyak tawuran masal antara dua sekolah atau dua desa yang terjadi yang diakibatkan oleh lidah dan masih banyak lagi keburukan-keburukan lainnya yang disebabkan oleh lidah ini, entah itu berupa perkataan dusta, ghibah (menggunjing orang lain), namimah (mengadu domba), saksi palsu, mencela, mencerca dan lain sebagainya.”

Tuh kan, kumaha tah? Menjaga Lidah itu penting, bro! hehe

Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam"

… kayaknya cukup dulu mampir ke ‘tokoh menjaga lidah’ nya, masih ada took yang perlu kita kunjungi, nanti kalau kelamaan takutnya bosan lagi.. hehehe…

Nah, ada toko di depan! Mampir dulu ya..
‘toko menjaga hati’. “Seringkali kita lupa, sudahkah kita menjaga hati kita?” (slogan sang toko)

Rasulullah SAW bersabda:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam hati itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, namun apabila ia rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa (segumpal daging itu) adalah hati"

Hadits itu menunjukkan bahwa hati adalah barometer kebaikan dan keburukan tubuh seseorang. Oleh karena itu marilah kita jaga hati kita, kita jaga sikap kita, kita jaga diri kita, kita jaga raut ekspresi wajah kita.

Rasulullah SAW juga bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba itu jika melakukan satu dosa maka akan meninggalkan satu noda hitam dalam hatinya, dan jika dia bertaubat maka hatinyapun akan kembali dibersihkan, namun jika bertambah (perbuatan dosanya) maka akan bertambah (pula) noda-nodanya"
…mampir nya bentar aja ya…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Nah, kayaknya udah cukup lisan dan hati mewakili semuanya..
Nah (juga) , dari lisan dan hati itu sudah banyak perbuatan yang kita lakukan, terutama saya sendiri. Entah sudah berapa banyak orang yang saya sakiti, entah berapa banyak orang yang saya lukai.. Entah berapa banyak dosa ini menggumpal dalam tubuh ini.. Entah hhh banyak sekali kata maaf yang belum terucapkan..

Ya akhi ya ukhti, afwan jiddan. Selama ini banyak sekali saya melakukan kesalahan, banyak sekali mungkin ucapan yang tidak mengenakan, banyak sekali prasangka yang menyakitkan, banyak sekali sikap dan perbuatan yang menggeuleuhkan.
Saya minta maaf, kawan..

Untuk orang tuaku, betapa banyak luka-luka yang menggores hatinya. Maafkan saya atas ucapan dan perbuatan yang saya lakukan selama ini.

Untuk guru-guruku, teman-teman seperjuanganku, teman-teman dekatku, saudara-saudaraku maafkan atas seringnya lidah dan hati yang lepas dari penjagaan.
Bentar lagi UN, saya minta maaf ya atas segala kesalahan..
Allahumma innaka affuwun karim tuhibbu afwan fa’fu’ana.
Jazakumullah khairan katsiraa..
^^



Fathimatuz Zahro